Proposal Perencanaan Program Public Relations

 

Proposal Perencanaan Program Public Relations



1.    FORMATIVE RESEARCH

1.1.        ANALISIS SITUASI
Di zaman serba digital seperti sekarang ini, tidak banyak yang mengerti apa itu literasi media. Secara gambling, literasi media sering diasosiasikan dengan istilah melek media. Asosiasi ini kemungkinan didapat dari istilah literate yaitu melek huruf. Namun ternyata tidak sesederhana itu. Literasi media, secara popular dimaknai sebagai pengetahuan dan kemampuan yang perlu dimiliki seseorang agar ia dapat mendapatkan menggunakan media dengan benar.
Bum dan Durrant (2017) menjelaskan literasi media dalam 3 aspek yakni kultural, kritikal, dan kreatif. Kultural berarti literasi media dikaitkan dengan kejadian dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Hal ini karena penggunaan media tidak lepas dari pengaruh latar belakang dan perspektif penggunanya. Literasi media kritikal, dan tidak sama diterapkan pada satu orang ke orang lain. Akan muncul kritik-kritik yang beragam antar pengguna media dalam menyikapi fenomena yang terjadi. Hal ini terkait dengan perspektif dan pola pikir yang tidak sama. Kemudian yang terakhir, literasi media itu kreatif, jadi dalam menciptakan literasi media perubahan-perubahan yang dinamis harus berlaku karena media dan konten yang ada juga semakin berkembang.
Literasi media tidak hanya tentang mengerti sebuah teks media, dalam hal ini teks media bukanlah huruf saja, namun juga audio visual, baik yang bersifat searah maupun interaktif. Literasi media juga mengulas bagaimana membuat ulang (re-making) teks tersebut, sehingga muncul adopsi dan adaptasi atas teks-teks media yang beredar. Dengan kata lain, literasi media harus dimiliki oleh setiap pengguna media dan ini tidak hanya berkaitan mengerti teks media dalam tataran kognitif.
Literasi media lebih kearah kemampuan (skill) yang memungkinkan pengguna media yang menyikapi teks media secara kritis dan bijak, sehingga tidak serta merta mempercayai begitu saja. kemampuan literasi media semakin harus dimiliki karena perkembangan teknologi yang eksponensial. Persoalan tentang media dan teknologi akan menjadi pelik dimasa depan, terutama dalam era globalisasi sehingga setiap orang harus berkemampuan untuk mencerna dan mereproduksi pesan media.
Namun di situasi sekarang ini, salah satu sifat literasi media yaitu kreatif yang menginginkan untuk dapat menciptakan perubahan yang dinamis dan mengikuti perkembangan isu yang terjadi malah dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan lebih kreatif lagi mengedarkan isu-isu yang tidak terbukti kebenarannya. Isu atau berita itulah yang tidak asing lagi didengar dengan sebutan “Hoax”.
Hoax memiliki daya magnetik ditengah-tengah masyarakat yang sedang haus akan informasi, sensasi dan kontraversi. Dengan pemahaman yang sesungguhnya, masih abstrak tentang definisi dan ciri-ciri hoax, masyarakat justru terdorong memborong informasi yang sedang hangat di perbincangkan sebagai hoax. Seperti pornografi, hoax diam-diam memikat banyak orang.
Menghindarkan masyarakat dari terpaan hoax juga terbentur oleh persoalan epistemologi. Bagaimana pengetahuan kita tentang hoax terbentuk? Bagaimana prosesnya hingga suatu informasi dapat dinyatakan sebagai hoax? Kita sesungguhnya baru dapat mengetahui suatu informasi benar atau bohong setelah kita membaca, mempelajari, dan mendiskusikannya. Kita juga sering baru mengetahui suatu informasi itu bohong setelah menjadikan sebagai referensi tindakan untuk menghindari kerugian tertentu.
Dengan kata lain, hoax adalah selalu merupakan keterlanjuran membaca informasi yang belum diketahui kebenarannya. Pada bagian pertama, yang kita temukan sebenarnya belum merupakan hoax, melainkan informasi berpotensi hoax. Hanya melalui proses verifikasi kita kemudian dapat memastikan apakah informasi itu benar-benar hoax atau bukan. Persoalannya, verifikasi sering terlambat dilakukan, justru setelah suatu tindakan diambil untuk merespon suatu informasi.
Dalam konteks inilah persinggungan pengguna internet dengan hoax adalah suatu yang sulit dihindari. Apalagi, akses ke dunia maya adalah suatu yang sangat personal. Kita dapat mengakses internet melalui telepeon pintar kapanpun dan dimanapun. Tidak ada yang secara segera mampu menangguhkan terpaan informasi hoax kepada masyarakat.
Untuk itu pengetahuan kita akan pentingnya kemampuan menerapkan literasi media sangat dibutuhkan untuk saat ini. Serta dibutuhkan penanggulangan yang efektif dalam menerima dan menyaring berita hoax yang beredar. Dan hal ini sangat ditujukan kepada para netizen baik yang akan mempublikasikan suatu informasi kepada khalayak maupun yang hanya menerima masuknya suatu informasi

1.2.        ANALISIS ORGANISASI
Melihat masalah yang sedang ramai di perbincangkan mengenai berita hoax ternyata tidak hanya masyarakat yang mengahadapi permasalahan tersebut. Tetapi juga, dihadapi oleh media-media online di Indonesia salah satu nya media online Detik.com.
Kami telah melakukan wawancara dengan pada tanggal 9 November 2017 dan berhasil mendapatkan informasi mengenai Detik.com, literasi media dan pengetahuan tentang hoax. Awal mula berdirinya Detik.com itu melalui media cetak yang bernama Detak. Lalu setelah perkembangan zaman Detak berubah menjadi media online yang bernama Detik.com.  Sampai saat ini, Detik.com memiliki banyak kanal diantara nya:
1)    DetikNews                 :Memberikan berita-berita yang subjektif dan
 Sesuai dengan fakta.
2)    DetikHot                     :Memberikan berita-berita seputar gosip dan
 Selebriti.
3)    DetikFinance                        :Memberikan berita-berita seputar
 perekonomian yang berkaitan dengan
 keuangan nasional.
4)    DetikSport                 :Memberikan berita-berita seputar dunia
 olahraga.
5)    DetikOto                     :Memberikan berita-berita seputar dunia
 otomotif.
6)    DetikTravel                :Memberikan berita-berita seputar dunia
 pariwisata.
7)    DetikFood                  :Memberikan berita-berita seputar dunia
 makanan.
8)    DetikHealth               :Memberikan berita-berita seputar dunia
 kesehatan.
9)    Wolipop                     :Memberikan berita-berita seputar gaya hidup.
10) DetikInet                    :Memberikan berita-berita seputar teknologi.

Detik.com dibaca untuk usia matang terbanyak dari usia 21-38 thn atau baisanya orang – orang pekerja. Menurut pihak dari Detik.com, literiasi itu sumber pemberitaan, media harus dapat memberikan suatu yang fakta, mengklarifikasi , menjelaskan secara berimbang, kode etik mengatur banyak hal itu. Suatu hal yang disampaikan harus valid, jika berita tersebut tidak valid maka kita katakan itu sebagai sebuah hoax.

Pada zaman sekarang ini, yang membuat kekinian untuk studi adalah menguatnya sosial media, mungkin sosial media lebih kuat dari media itu sendiri, bahkan ada beberapa kalangan yang menganggap  sosial media itu seperti sebuah kebenaran, bahkan jika seseorang yang diikuti di sosial media melakukan suatu hal, beberapa kalangan  menganggap itu sebagai suatu hal yang benar.

Artinya sosial media sudah sangat menggerakkan, hari ini pemberitaan sebuah media juga banyak terpengaruh dengan sosial media, beberapa media mengambil untung sangat besar dari melimpahnya informasi yang ada di sosial media dan melimpahnya hoax di sosial media.  Beberapa media memberitakan hoax dengan begitu manis, hoax seolah-olah menjadi suatu komoditi untuk di eksploitasi sampai akhirnya ditutup dengan sebuah berita bahwa itu adalah berita hoax, akan tetapi sebelum nya berita hoax tersebut dinikmati terlebih dahulu.

Berbeda dengan detik.com, detik.com tidak menyampaikan berita dengan sistematis yang seperti itu, detik.com memiliki sebuah kanal “hoax or not dimana dalam kanal tersebut  mengupas sebuah pemberitaan yang sudah menjadi viral dan bahkan meresahkan masyarakat, Pemberitaan yang meresahkan  tersebut dilampirkan, lalu tim dari detik.com melakukan penelusuran dan klarifikasi yaitu dengan melakukan wawancara pihak terkait dan akhirnya menyimpukan apakah berita tersebut hoax atau tidak, semua itu tercantum dalam satu berita.
Disinilah peran dari detik.com, ketika masyarakat mendapatkan informasi yang dinggap belum valid dari media lain, masyarakat akan beralih ke detik.com untuk mengklarifikasi apakah informasi tersebut hoax atau tidak. Dan suatu hal yang lebih bahaya dari sebuah hoax adalah setting berita, kita juga harus berhati-hati dengan setting berita karena di khawatirkan jika sebuah berita telah tersebar di sosial media, berarti berita tersebut memiliki potensi besar menjadi beriuta yang tidak dapat diklarifikasi kebenarannya.
1.3.        Analisis Publik
Masyarakat pada dasarnya merupakan “sasaran” media massa, oleh karena itu masyarakat harus peka dan memiliki tingkat pemahaman yang baik bagaimana dia bersikap terhadap pemberitaan media. Karena dengan melalui media literasi membuat masyarakat menjadi kritis, peka terhadap informasi media massa.
Melalui media literasi masyarakat bisa meningkatkan intelektual mereka dengan aktif mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan referensi yang ada, sehingga informasi yang didapat bisa menjawab kebutuhan yang dicari oleh individu sebagai anggota masyarakat itu sendiri.
Dasar dari media literasi adalah aktivitas yang menekankan aspek edukasi di kalangan masyarakat agar mereka tahu bagaimana mengakses, memilih program yang bermanfaat dan sesuai kebutuhan yang ada. Permasalahan yang ada adalah seiring dengan derasnya arus informasi media, masyarakat pun dibuat kebingungan dan tidak mampu memilah, menyeleksi, serta memanfaatkan informasi yang sudah mereka peroleh.
Pada kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini tidak hanya memberikan dampak yang positif tetapi juga memberikan dampak yang negatif. Penyampaian akan informasi begitu cepat dimana setiap orang dengan mudah memproduksi informasi, dan informasi yang begitu cepat beredar melalui beberapa media sosial seperti facebook, twitter, ataupun pesan telpon genggam seperti, whatsapp dan lain sebagainya yang tidak dapat difilter dengan baik. Informasi yang dikeluarkan ketika telah terkirim dan dibaca oleh banyak orang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran  bahkan tindakan seseorang atau kelompok.
Sehingga sering kali banyak masyarakat yang mudah terpengruh oleh adanya sebuah informasi yang belum pasti kebenarannya. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian, misal pada iklan sabun mandi dengan komitmen yang ditawarkan akan menjadi menarik, terlihat putih  dan lembut. Namun ternyata realitas yang disampaikan iklan tersebut tidak seindah dengan kenyataan yang terjadi pada diri seseorang.
Pada kondisi ini sering kali persepsi masyarakat dibentuk oleh pesan media massa, gambaran realita yang ditampilkan berita, iklan dan film kemudian membentuk persepsi terhadap sebagian orang tentang cara dia memandang dunia nyata. Kondisi ini sesuai apa yang dikemukakan Baran bahwa kebanyakan apa yang terjadi di otak kita tidak pernah kita sadari. Walaupun aktivitas ini sering kali mempengaruhi pikiran sadar kita, hal tersebut tidak secara langsung mempengaruhi proses kognitif lainnya. Kesadaran kita bertindak sebagai pengawas tertinggi dari aktivitas kognitif ini, tetapi hanya mampu mengontrol secara tebatas dan tidak langsung (Baran, 2010:311).
Penyebaran berita hoax bukan hanya kelas situs kecil saja, situs besar di negeri ini juga sudah dilabeli situs hoax oleh netizen. Bahkan mereka juga beramai-ramai memboikot situs yang dianggap hoax tersebut. Dan biasanya situs-situs kecil langsung diblokir. Uniknya, mati satu tumbuh seribu. Semakin diblokir, semakin menjamurnya situs-situs hoax di negeri ini. Terkadang situs-situs seperti ini orentasinya uang, bukan kebenaran.
Sebenarnya berita hoax tak akan mempan bagi pembaca netizen yang bijak. Hanya saja pembaca di Indonesia ini masih minim peminat, namun senang membaca yang membuat dia senang, bukan membuat dia cerdas. Terkadang hanya membaca judulnya saja, atau membaca komentar-komentar di sebuah postingan, tanpa memahami betul isi beritanya.
Namun begitu, dengan penuh semangat akan membagikan berita-berita hoax tersebut di berbagai media sosialnya. Lalu bagaimana cara mengetahui berita hoax atau tidak? Setiap berita harus ada sumbernya, sumbernya inilah sebagai pijakan utama kebenaran berita yang ditulis. Jika kalau tidak ada sudah pasti hoax. Jika mengutip berita dari situs lain, lihat juga situs yang dikutipnya, kalau sama-sama tidak ada sumbernya, maka jelas sekali hoax
Seperti yang dikatakan oleh Narasumber bahwa sangat penting untuk mengetahui Literasi Sosial Media karena banyak sekali Masyarakat yang memakai sosial media hanya sekedar menggunakannya saja tetapi tidak tahu apa efek yang akan terjadi.
Dengan beredarnya berita Hoax dapat dijadikan bahan untuk melakukan sebuah kejahatan, misalnya seseorang meng-upload lokasi dimana dia berada sedangkan orang lain yang berniat berbuat jahat melihat sosial media orang tersebut maka dengan mudahnya niat jahat itu dapat terlaksana. Dan hal yang biasa dilakukan Narasumber ketika menerima Berita Hoax adalah tidak melanjutkan penyebaran Berita, selalu mengklarifikasi apakah Berita tersebut benar atau tidak.



1.4.        Menyusun Goals dan Objectives
Goals
Untuk mengedukasi Masyarakat mengenai Literasi Media, sehingga Masyarakat dapat membedakan Berita Hoax atau bukan.
Objective for public
1)    Masyarakat lebih mengetahui apa itu Literasi Media.
2)    Masyarakat sadar akan pentingnya Literasi Media.
3)    Masyarakat dapat mengambil tindakan dalam menyikapi Berita Hoax.

2.    STRATEGY
2.1.        STRAEGI KAMPANYE PUBLIC RELATIONS
Strategi kami untuk mengedukasi masyarakat tentang bagaimana cara mengetahui suatu berita hoax atau tidak dengan:
1)    Jangka Pendek
Dalam mengedukasi masyarakat tentang berita hoax, kami melakukan kegiatan seminar dan talkshow dengan tujuan memberikan pemahaman dan ilmu baru kepada khalayak tentang Literasi Media dengan mendatangkan pembicara-pembicara yang berkompeten dalam bidang Literasi Media.
2)    Jangka Panjang
Untuk mengedukasi khalayak umum dalam waktu yang lama, kami membuat website dengan nama www.ayoperangihoax.com  yang bekerjasama dengan detik.com yang diciptakan untuk memudahkan khalayak dalam mengetahui suatu berita tersebut, hoax atau tidak.


2.2.        KOMUNIKASI EFEKTIF
a.    Informasi
Memberikan informasi kepada khalayak umum tentang bagaimana cara membedakan berita hoax atau tidak. Dengan cara melalukan komunikasi kepada khalayak dengan bekerjasama dengam media radio Era FM Universitas Negeri Jakarta
Kenapa kami memilih radio lokal Universitas Negeri Jakarta? Karena kami menilai dengan menggunakan radio Era FM dapat didengarkan dengan efektif oleh mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri Jakarta dan juga dapat membuka sesi tanya jawab seputaran tema kami yaitu berita hoax.
b.    Persuasi
Kami melakukan komunikasi dengan Ketua BEM setiap fakultas di Universitas Negeri Jakarta, karena Ketua BEM dapat menjadi opinion leader. Lalu kami juga membuat seminar sebagai program pemberantasan hoax, kami mengajak mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri Jakarta untuk mengikuti program ini karena program ini sangat penting karena sebagai mahasiswa harus mempunyai sifat kritis agar dapat membedakan mana yang hoax.
c.    Kredibilitas
Kami mencari orang yang dapat mempersuasi mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri Jakarta.  Kami memilih Ketua BEM di setiap fakultas karena mereka mempunyai karisma yang tinggi yang dapat mempersuasi dan meyakini mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri Jakarta untuk mengikuti seminar kami. Kami juga mengajak Detik.com untuk lebih meyakinkan para audiens di seminar kami. Karena Detik.com mempunyai banyak fakta-fakta dan cara menanggulangi hoax dengan baik dan benar.




d.    Verbal
“Tingkatkan Literasi Media Mulai dari Sekarang”
Literasi media adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar tentang cara media dikonstruksi(dibuat) dan di akses.
Dengan kita meningkatkan literasi media mulai dari sekarang kita dapat tahu bagaimana media bekerja dan dapat membedakan baik dan buruk media jadi kita dapat mengetahui berita hoax atau bukan.

3.    TACTICS
3.1.        TAKTIK KAMPANYE KOMUNIKASI
1)    Sasaran                           :Mahasiswa-mahasiswi Universitas
 Negeri Jakarta
2)    Publicity                           :Stand Alone Publication (Brosur dan
 Poster)
3)    Special Event                 :Talkshow
4)    Media Promosi               :Outhome adv dan Outdoor poster
5)    Materi Publikasi             :
a.    Judul seminar          :Save Your Life from Hoax News
b.    Tema Seminar          :Literasi media
c.    Tempat                       :Gedung Kihajar Dewantara Lantai. 9
 Kampus A Universitas Negeri Jakarta
d.    Hari, tanggal             :Kamis, 20 Mei 2017
e.    Waktu                         :10.00 WIB – 13.00 WIB
f.     Pembicara                 :Detik.com dan Didaktika
g.    Audience                   :Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
 dan masyarakat umum.
3.2.        PUBLICITY
1)    Poster
Menempelkan poster di beberapa sudut kampus Universitas Negeri Jakarta agar dapat dilihat oleh mahasiswa yang berlalu-lalang.
3.3.        AUDIENCE PARTICIPANT
1)    Talkshow
Peserta merupakan 200 Mahasiswa aktif yang berkuliah di Universitas Negeri Jakarta dan masyarakat umum.
2)    Kampanye
Sasaran dari kampanye ini adalah 100  anak muda yang sedang berolahraga di sekitar Bundaran HI Jakarta pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) setiap hari Minggu.

3.4.        SPECIAL EVENTS
Kompetisi Online Video Pendek untuk mahasiswa dengan tema “Muda Berani Perangi Hoax”.

3.5.        MATERI PUBLIKASI
1)    Talkshow
Talkshow yang di selenggarakan di lingkup internal Universitas Negeri Jakarta bertujuan untuk memberikan pengetahuan seputar literasi media, agar kesadaran menggunakan media sosial secara bijak dapat diterapkan oleh mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Materi             : Pentingnya Literasi Media Untuk Generasi Muda
Pembicara     :
a)    Pentingnya Literasi Media Untuk Generasi Muda
Rudiantara (Menteri Komunikasi dan Informatika)
b)    Berita Sebagai Sumber Pengetahuan
Alfito Deannova (Direktur CNN Indonesia)
c)    Ways To Be More Productive On Social Media
Raditya Dika (Influencer Indonesia)
Arief Muhammad (Influencer Indonesia)
Hari, tanggal : Kamis, 22 Desember 2017
Waktu             : 09.00 WIB – 11.00 WIB
Tempat           : Aula Maftuchah Yusuf Gedung Dewi Sartika, Lantai 2
                         Kampus A Universitas Negeri Jakarta.
2)    Kampanye
Kegiatan yang diadakan saat Car Free Day berlangsung ini bertujuan untuk mengajak langsung kepada anak muda di luar UNJ, agar tumbuh kesadaran untuk menggunakan media sosial secara bijak. Dengan berpartisipasi melalui tandatangan yang diberikan yang menyatakan bahwa mereka siap memerangi hoax di media sosial.
Bintang tamu                        :
1.    GAC
2.    Shery Sheinafia
3.    Nidji
4.    Komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO)
Hari, tanggal             : Minggu, 24 Desember 2017
Waktu                         : 06.00 WIB – 09.00 WIB
Tempat                       : Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat
3.6.        MEDIA PROMOSI
1)    Radio
Iklan radio ditujukan kepada pendengar di 6 saluran radio.
88,4 FM - Global Radio
90,8 FM - OZ Radio
97,5 FM - Motion Radio
98,7 FM - Gen FM
102,2 FM - Prambors FM
89,6 FM - i-Radio
2)    Outdoor Posters
Memasang billboard agar bisa dilihat oleh pengendara di 5 wilayah Jakarta.
Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Jakarta Barat

3.7.        BUDGETING

Production Cost
No.
Keterangan
Jumlah
Harga Satuan
Total
1.
Cetak Poster Berwarna
2 buah
Rp. 5.000,00
Rp. 10.000,00
Jumlah
Rp. 10.000,00




Event Cost
A.   HPD
No.
Keterangan
Jumlah
Harga Satuan
Total
1.
Banner
1 buah
Rp. 60.000,00
Rp. 60.000,00
Jumlah
Rp. 60.000,00

B.   Perlengkapan
No.
Keterangan
Jumlah
Harga Satuan
Total
1.
Plakat
2 buah
Rp. 75.000,00
Rp. 150.000,00
2.
Sertifikat Peserta
150 buah
Rp. 5.000,00
Rp. 750.000,00
3.
Q-Card
2 buah
Rp. 5.000,00
Rp. 10.000,00
4.
Battery Mic
2 buah
Rp. 5.000,00
Rp. 10.000,00
Jumlah
Rp. 920.000,00

C.   Konsumsi
No.
Keterangan
Jumlah
Harga Satuan
Total
1.
Konsumsi Narasumber
2 buah
Rp. 50.000,00
Rp. 100.000,00
2.
Snack Narasumber
2 buah
Rp. 15.000,00
Rp. 30.000,00
Jumlah
Rp. 130.000,00

D.   Kesekretariatan
No.
Keterangan
Jumlah
Harga Satuan
Total
1.
Pembuatan Proposal
5 buah
Rp. 10.000,00
Rp. 50.000,00
2.
Surat
10 buah
Rp. 500,00
Rp. 5.000,00
3.
Fotocopy


Rp. 25.000,00
Jumlah
Rp. 80.000,00




E.   Acara
No.
Keterangan
Jumlah
Harga Satuan
Total
1.
Pembicara
2 orang
Rp. 1.000,00
Rp. 2.000,00
Jumlah
Rp. 2.000,00


Rekapitulasi Anggaran

A.   Production Cost
Cetak Poster Berwarna                                     Rp.     10.000,00
B.   Event Cost
-HPD                                                                    Rp.     60.000,00
-Perlengkapan                                                   Rp.   920.000,00
-Konsumsi                                                           Rp.   130.000,00
-Kesekretariatan                                                 Rp.     80.000,00
-Acara                                                                  Rp.2.000.000,00
-------------------------------------------------------------------------------------------------+
Jumlah                                                                                  Rp. 3.200.000,00

Comments

Popular Posts